Rabu, 10 Desember 2014

TUBAN penulis muhammad muhajir baryo joyodinigrat

TUBAN
Moto: Tuban Bumi Wali
Semboyan: Tuban Kota Toak
Slogan pariwisata: Bumi Wali
Julukan: Kota 1000 Goa, Kota Toak, Bumi Wali, The Mid-East of Java

Peta lokasi Kabupaten Tuban
Koordinat:
Provinsi Jawa Timur
Dasar hukum -
Tanggal 12 November
Ibu kota Kota Tuban
Pemerintahan
 - Bupati Fathul Huda
 - Wabup Noor Nahar Hussein
 - DAU Rp849.399.312.000.-(2013)[1]
Luas 1.904,70 km2
Populasi
 - Total ± 1,2 juta
 - Kepadatan {{{kepadatan}}}
Demografi
Pembagian administratif
 - Kecamatan 20
 - Situs web www.tubankab.go.id

Pantai Boom Tuban
Kabupaten Tuban adalah sebuah kabupaten di Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya berada di kota Tuban. Luasnya adalah 1.904,70 km² dan panjang pantai mencapai 65 km. Penduduknya berjumlah sekitar 1 juta jiwa. Tuban disebut sebagai Kota Wali karena Tuban adalah salah satu kota di Jawa yang menjadi pusat penyebaran ajaran Agama Islam namun beberapa kalangan ada yang memberikan julukan sebagai kota tuak karena daerah Tuban sangat terkenal akan penghasil minuman (tuak & legen) yang berasal dari sari bunga siwalan (ental). Beberapa obyek wisata di Tuban yang banyak dikunjungi wisatawan adalah Makam Wali, contohnya Sunan Bonang, Makam Syeh Maulana Ibrahim Asmaraqandi (Palang), Sunan Bejagung dll. Selain sebagai kota Wali, Tuban dikenal sebagai Kota Seribu Goa karena letak Tuban yang berada pada deretan Pegunungan Kapur Utara. Bahkan beberapa Goa di Tuban terdapat stalaktit dan Stalakmit. Goa yang terkenal di Tuban adalah Goa Akbar, Goa Putri Asih, dll. Tuban terletak di tepi pantai pulau Jawa bagian utara, dengan batas-batas wilayah: utara laut Jawa, sebelah timur Lamongan, sebelah selatan Bojonegoro, dan barat Rembang dan Blora Jawa Tengah

Pemerintahan

Kecamatan
Kabupaten Tuban terdiri dari 20 kecamatan yaitu:

Bancar
Bangilan
Grabagan
Jatirogo
Jenu
Kenduruan
Kerek
Merakurak
Montong
Palang
Parengan
Plumpang
Rengel
Semanding
Senori
Singgahan
Soko
Tambakboyo
Widang
Grabagan
Kelurahan di Kota Tuban
Kota Tuban sendiri terdiri dari 17 kelurahan yaitu:

Baturetno
Doromukti
Karangsari
Kebonsari
Kembangbilo
Kingking
Kutorejo
Latsari
Mondokan
Perbon
Ronggomulyo
Sendangharjo
Sidomulyo
Sidorejo
Sugiharjo
Sukolilo
Sumurgung

Bupati

Berikut nama-nama Bupati Tuban beserta periode kepemimpinannya:

Sebelum kemerdekaaan Republik Indonesia (1945)
R.A. Dandang Watjono (1264-1282)
R.H. Ronggolawe(1282-1291)
R.H. Sirolawe (1291-1306)
R.A. Sirowenang (1306-1326)
R.H .Leno (1326-1349)||
R.H. Dikoro (1349-1401)||
R.A. Tejo (1401-1419)
R.H. Wilwotikto (1419-1460)
K.H. Ngraseh (1460-1507)
K.A. Gelilang (1507-1553)
K.A. Batubang (1553-1573)
R.H. Balewot (1573-1628)
P. Sekartanjung (1628-1661)
P. Ngangsar (1661-1668)
P.H. Permalat (1669-1686)
P. Salampe (1686-1707)
P.H. Dalam (1700-1707)
P. Pojok (1707-1723)
P. ANnom (1723-1730)
P. Soedjono Poetra (1730-1737)
R.A. Balabar (1737-1748)
P. Seodjono Poetro (1748-1755)
R.A. Joedongoro(1755-1766)
R.A. Suryo Diningrat (1766-1773)
R.A. Diposeno (1773-1779)
K.T. Tjokronegoro (1779-1792)
K.T. Poerwonegoro (1792-1799)
K. Lieder Soerodinegoro (1799-1802)
R. Soeroadiwidjojo (1802-1814)
P. Tjitrosumo VI (1814-1821)
P. Tjitrosumo VII (1821-1841)
P. Tjitrosumo VIII (1841- 1861)
P. Tjitrosumo XI (1861-1883)
R.M. Soemobroto (1883-1893)
R.A. Koesoemadigdo (1893-1909)
R.A. Pringgowinoto (1909-1919)
R.A. Pringgodigdo(1919-1927)
R.M.A.A. Koesumobroto (1927-1944)
R.T. Soedirman H. (1944-1946)
Setelah kemerdekaan Republik Indonesia (1945)
K.H. Moesta'in (1946-1956)
R. Soendaroe (1956-1958)
R. Istomo (1958-1959)
R. Sandjojo (1959-1960)
M. Widagdo (1960-1968)
R. Soeparmo (1968-1970)
R.H. Irchamni (1970-1975)
Moch. Masduki (1975-1980)
Soerati Moesram (1980-1985)
Drs. Djoewahiri Marto Prawiro (1985-1991)
Drs. Sjoekor Soetomo (1991-1995)
H. Hindarto (1996-2001)
Dra. H. Haeny Relawati R.W., M.Si. (2001-2011)
Drs. K.H. Fathul Huda, M.M. (2011 - sekarang)
Asal usulSunting

Kota Tuban memiliki asal usul dalam beberapa versi, pertama disebut sebagai Tuban dari lakuran watu tiban (batu yang jatuh dari langit), yaitu batu pusaka yang dibawa oleh sepasang burung dari Majapahit menuju Demak, dan ketika batu tersebut sampai di atas Kota Tuban, batu tersebut jatuh dan dinamakan Tuban. Adapun versi yang kedua berupa lakuran dari metu banyu berarti keluar air, yaitu peristiwa ketika Raden Dandang Wacana (Kyai Gede Papringan) atau Bupati Tuban yang pertama membuka hutan Papringan dan anehnya, ketika pembukaan hutan tersebut keluar air yang sangat deras. Hal ini juga berkaitan dengan adanya sumur tua yang dangkal tapi airnya melimpah, dan anehnya sumur tersebut dekat sekali dengan pantai tapi airnya sangat tawar. Ada juga versi ketiga, Tuban berasal dari kata "tubo" atau racun yang artinya sama dengan nama kecamatan di Tuban yaitu Kecacmatan Jenu.

Geografi

Luas wilayah Kabupaten Tuban 183.994.561 Ha, dan wilayah laut seluas 22.068 km2. Letak astronomi Kabupaten Tuban pada koordinat 111o 30' - 112o 35 BT dan 6o 40' - 7o 18' LS. Panjang wilayah pantai 65 km. Ketinggian daratan di Kabupaten Tuban bekisar antara 0 - 500 mdpl. Sebagian besar wilayah Kabupaten Tuban beriklim kering dengan kondisi bervariasi dari agak kering sampai sangat kering yang berada di 19 kecamatan, sedangkan yang beriklim agak basah berada pada 1 kecamatan. Kabupaten Tuban berada pada jalur pantura dan pada deretan pegunungan Kapur Utara. Pegunungan Kapur Utara di Tuban terbentang dari Kecamatan Jatirogo sampai Kecamatan Widang, dan dari Kecamatan Merakurak sampai Kecamatan Soko. Sedangkan wilayah laut, terbentang antara 5 Kecamatan, yakni Kecamatan Bancar, Kecamatan Tambakboyo, Kecamatan Jenu, Kecamatan Tuban dan Kecamatan Palang. Kabupaten Tuban berada pada ujung Utara dan bagian Barat Jawa Timur yang berada langsung di Perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah atau antara Kabupaten Tuban dan Kabupaten Rembang.Tuban memiliki titik terendah, yakni 0 m dpl yang berada di Jalur Pantura dan titik tertinggi 500 m yang berada di Kecamatan Grabagan. Tuban juga dilalui oleh Sungai Bengawan Solo yang mengalir dari Solo menuju Gresik

Ekonomi

Pada 2010, Produk Domestik Regional Bruto mencapai 15,47 trilyun. Dengan jumlah penduduk sebanyak 1,12 juta jiwa, pendapatan perkapita diperkirakan mencapai Rp 11,27 juta per tahun. Sebagai perbandingan, pendapatan perkapita Jawa Timur adalah Rp 20,7 juta per tahun.

Sektor perekonomian utama adalah perdagangan, industri pengolahan dan pertambangan. Perdagangan menyumbang output sebesar Rp3 triliun, sedangkan industri pengolahan dan pertambangan masing-masing sebesar Rp 2,9 trilyun dan Rp 1,8 trilyun. Pertumbuhan ekonomi pada 2010 mencapai 6,39%, di mana angka pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor pertambangan sebesar 11,8%.

Kawasan industri Tuban mencapai 50 ribu hektar yang tersebar di 10 kecamatan. Zona 1 di kecamatan Bancar dengan luas 5,802 hektar. Zona 2 34,000 hektar dan Zona 3 9,225 hektar.

Usaha rakyat yang cukup berkembang adalah budidaya padi, budidaya sapi potong, budidaya kacang tanah, penangkapan ikan laut, dan penggalian batu kapur. Sentra padi dan kacang terdapat di sepanjang aliran Bengawan Solo. Pada 2010, jumlah ternak sapi diperkirakan mencapai 1.323 ekor dengan sentra sapi di Kecamatan Bancar. Tangkapan ikan diperkirakan mencapai 9.185 ton.

Agenda budaya

Kebudayaan asli Tuban beragam, salah satunya adalah sandur. Budaya lainnya adalah Reog yang banyak ditemui di Kecamatan Jatirogo. Namun ada hal menarik ketika memperingati Haul Sunan Bonang, dimana ribuan umat muslim dari seluruh Indonesia tumpah ruah memadatai kota khususnya kompleks pemakaman Sunan Bonang. Ada juga ulang tahun Klenteng Kwan Sing Bio yang sudah masuk dalam agenda kota, dan sedekah bumi bagi masyarakat pesisir.

Pariwisata

Wisata alam
Goa Akbar, di Gedongombo
Goa Putri Asih, di Nguluhan
Goa Suci, di Leran
Air Panas Prataan, di Wukiharjo
Air Terjun Nglirip, di Mulyoagung
Ngerong Rengel, di Rengel
Pantai Boom, di Kota Tuban
Pemandian Kolam Renang Bektiharjo, di Bektiharjo
Wisata sejarah
Masjid Agung Tuban, di Kota Tuban
Museum Kembang Putih, di Kecamatan Tuban
Wisata religi
Makam Sunan Bonang
Makam Syeh Maulana Ibrahim Asmaraqandi
Makam Sunan Bejagung Lor makam sunan bejagung utara
Makam Sunan Bejagung Kidul makam sunan bejagung selatan
Makam Syekh Achmad Cholil, Desa Rawasan, Kecamatan Jenu
Makam Sunan Geseng lokasi desa geseng, kecamatan semanding
Kuliner khas TubanSunting

Masakan
Masakan khas Tuban, yaitu:

Kare Rajungan
Becek Menthok
Belut Pedas
Sate Bebek
Pecel Pincuk Patung
Minuman
Minuman khas Tuban, yaitu:

Legen
Toak
Es Cendol Ental
Oleh-oleh
Oleh-oleh khas Tuban, yaitu:

Ampo
Batik Gedog
PendidikanSunting

Kualitas Pendidikan di Tuban tergolong baik. Terbukti dengan adanya sekolah yang bertaraf internasional, antara lain SMP Negeri 1 Tuban, SMP Negeri 3 Tuban, SMA Negeri 1 Tuban, dan SMK Negeri 1 Tuban. SMP Negeri 5 Tuban serta puluhan SMP dan SMA lain bertaraf nasional. Menurut rencana, ada 1 SD yang akan bertaraf internasional, yakni SD Negeri 1 Kebonsari , SD NEGERI Mondokan dan 2 SMP, yakni , SMP Negeri 5 Tuban, dan SMP Negeri 1 Rengel. Berbagai event lomba dijuarai oleh pelajar Tuban. Banyak di antaranya adalah sekolah yang berkecimpung dalam dunia Karya Ilmiah Remaja, diantaranya adalah MTsN Tuban, MTs Tarbiyatul Ulum-Pekuwon, SMP Negeri 1 Tuban, SMP Negeri 3 Tuban, SMP Negeri 4 Tuban, SMP Negeri 6 Tuban, SMP Negeri 7 Tuban, SMP Negeri 1 Rengel, SMP Negeri 1 Jenu, SMP Negeri 1 Jatirogo, SMP Negeri 1 Singgahan,SMA Negeri 3 Tuban,SMA Negeri 1 Tuban, SMA Negeri 2 Tuban, SMA Negeri 3 Tuban, SMA Negeri 4 Tuban, SMA Negeri 5 Tuban,SMA Tarbiyatul Ulum, MAN TUBAN, MAS MANBAIL FUTUH JENU, SMP Negeri 2 Rengel, dll. Di tahun 2010, SMP Negeri 2 Rengel yang dipimpin Kepala Sekolah Bapak Witono, S.Pd., M.Pd notabenenya salah satu sekolah pelosok, ternyata mampu meraih juara I dalam lomba KBK (Kelompok Budaya Kerja) tingkat kabupaten Tuban yang sekaligus mewakili Kabupaten Tuban dalam event yang sama di tingkat provinsi tahun 2011 di Madian dan mendapat huara Harapan II. Disamping itu, SMP Negeri 2 Rengel juga mendapat anugerah sebagai juara II dalam lomba Tuban Kinarya Nugraha dalam rangka Hari Jadi Kota Tuban Tahun 2010 dan pada tahun 2011 mendapat juara I, juga SMP Negeri 2 Rengel pada tahun yang sama mendapat juara II dalam lomba Manajemen BOS tingkat Kabupaten. Selain itu, pada tahun 2012, SMPN 2 Rengel mendapat anugerah sekolah ADIWIYATA tingkat Nasional. Dan pada Tahun 2012 juga, telah berani untuk mengajukan untuk sekolah ber ISO 9001:2008, dan akan diaudit (ISO 9001:2008) pada tahun 2013. Ini menunjukkan bahwa pendidikan di Tuban, khususnya di tingkat SMP sudah baik kualitasnya dan menyebar ke seluruh pelosok, tidak cuma sekolah yang berada di ibukota kabupaten saja.

Selain Universitas Sunan Bonang ada institut pendidikan tinggi baru, yaitu Universitas PGRI Ronggolawe (Unirow), yang pada awalnya dikenal sebagai IKIP PGRI TUBAN di Jalan Manunggal. Jurusan bahasa Inggris dari institut ini telah kerjasama dengan sebuah organisasi sukarela Inggris yang bernama Voluntary Service Overseas sejak tahun 1989. Setelah tiga sukarelawan, organisasi lain, yaitu Volunteers in Asia yang berasal dari Amerika Serikat meneruskan tradisi ini dengan mengekspos mahasisiwa serta dosen yang kurang sempat berlatih bahasa sehari-hari. Ketua jurusan Bapak Agus Wardhono telah menjadi doktor (S-3) dalam bidang Linguistik Inggris di [[Universitas Negeri Surabaya], ada juga STITMA (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Makhdum Ibrahim) sementara ini masih satu Prodi yaitu Pendidikan Agama Islam dan dalam proses penambahan Prodi lainya, seperti Ahwal Syahsiyah (Syari'ah/AS), Muamalah (Ekonomi Islam), Pendidikan Guru MI (PGMI) di jl. Manunggal [ utara UNIROW] dan ada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama STIKES NU Tuban yang diresmikan oleh Menkes RI dr. Hj. Siti Fadilah Supari pada tahun 2009

Tuban tempo dulu

Pemerintahan Kabupaten Tuban ada sejak tahun 1293 atau sejak pemerintahan Kerajaan Majapahit. Pusat pemerintahannya dulu adalah di Desa Prunggahan Kulon, Kecamatan Semanding dan kota Tuban yang sekarang dulunya adalah Pelabuhan karena dulu Tuban merupakan armada Laut yang sangat kuat. Asal nama Tuban sudah ada sejak pemerintahan Bupati Pertama yakni Raden Dandang Wacana. Namun, pencetusan tanggal harijadi Tuban berdasarkan peringatan diangkatnya Raden Haryo Ronggolawe pada 12 November 1293. Tuban dulunya adalah tempat yang paling penting dalam masa Kerajaan Majapahit karena memiliki armada laut yang sangat kuat.

Tuban pada masa sekarangSunting

Seiring kemajuan zaman, Tuban sekarang tidak sepenting dulu. Tuban sekarang sudah mulai dilupakan oleh masyarakat Indonesia, padahal Tuban mengandung nilai sejarah tinggi dan besar peran serta perjuangan masyarakat Tuban dalam melawan penjajah itu sudah mulai luntur dalam dunia pemerintahan Indonesia saat ini.

PT Semen Indonesia (PERSERO) Tbk (sebelumnya bernama semen gresik) yang terkenal besar di Indonesia pada masa sekarang juga beroperasi dan mendirikan pabrik di daerah Tuban sejak awal tahun 1990 an. Selain itu di Tuban juga terdapat beberapa industri skala internasional, terutama dibidang minyak & Gas. Perusahaan yang beroperasi di Tuban antaralain PETROCHINA (di kecamatan Soko) yang menghasilkan minyak mentah, serta PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI)& PERTAMINA TTU (di kecamatan Jenu)dan pada tahun 2010 akan dibangun Pabrik Semen Holcim & Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang akan dibangun didaerh Jenu

Untuk pendidikan Tuban tidak kalah dengan daerah lain dipulau jawa, sudah sangat sedikit masyarakat Tuban yang buta huruf bahkan tinggal seberapa persennya, untuk pendidikan rata-rata masyarakat sudah mencapai pendidikan SMA. lulusan-lulusan SMA di Tuban sudah banyak yang melanjutkan studinya ke Universitas negeri terkenal seperti ITS, UI, UGM, ITB, UNAIR, UINBRAW, UNDIP, IPB dll.

InfrastrukturSunting

Seiring dengan meningkatnya Pendapatan Asli Daerah, pembangunan infrastruktur di Kabupaten Tuban boleh dikatakan sangat baik sekali, mungkin terbaik untuk kategori Kabupaten Seluruh Indonesia. Ini dibuktikan dengan pembangunan jalan (pengaspalan) diseluruh wilayah kabupaten, sekarang jalan-jalan di Kabupaten Tuban yang dulu belum diaspal dan masih menggunakan tanah kadam, kini setiap jalan desa, gang-gang sudah halus itu bertujuan untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat Tuban, khususnya yang berasal di daerah pelosok.

KesehatanSunting

Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Tuban tergolong cukup baik, ada 4 rumah sakit besar di kabupaten ini,

RSUD dr. Koesmo, di Jl. dr. Wahidin SH.
RS Medika Mulia, di Jl. Majapahit (Belakang Pasar baru Tuban),
RS Nahdlatul Ulama Tuban, di Jl. Letda Sucipto,
RS Muhammadiyah, di Jl. P. Diponegoro.
Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan tiap kecamatan juga ada Puskesmas yang pembangunan dan pelayanannya terus ditingkatkan untuk mengantisipiasi masyarakat yang berada jauh dari perkotaan.

JulukanSunting

Tuban terkenal dengan sebutan kota 1000 gua karena banyaknya gua dan banyak diantaranya yang tersambung satu sama lain antar gua. sayangnya gua-gua ini masih belum dieksplorasi dan dipatenkan oleh pemerintah. Wisata di Tuban sejatinya dapat meningkat pesat, melihat Tuban sangat potensial. yaitu tempat yang memiliki nilai historikal tinggi, banyaknya hutan-hutan perawan, pantai Utara yang landai, ombak yang kecil, tanah berkapur, jalan pantura yang sering dilewati sebagai sarana bisnis (bis antar provinsi maupun truk-truk besar)

Media televisiSunting

Kota Tuban memiliki rencana membangun stasiun televisi, di antaranya:

Untama TV 36 UHF pemilik Universitas Citama (masih rencana)
TVUT 38 UHF pemilik Universitas Terbuka (masih rencana)
Tuban TV 28 UHF pemilik Pemerintah Kota Tuban program acara:Casper Scare School, Lintas 5, Liputan 3, Warta Antara Pagi & Petang, Gebyar BCA, Minta Tolong, Termehek Mehek, Kafe Dangdut, Penantang Terakhir, Kabar Kabari & X'tra Seleb, iklan:Firts Travel, Gudang Garam, Vila Pertiwi, Alam Sutera, Garuda Indonesia, Partai NasDem Dr. Sophan Andi, Megasari Makmur, VIT levite & Simba Indosnak Makmur (masih rencana)

post by:
muhammad muhajir baryo joyonigrat
alamat:dsn krajan RT/RW 01/01 Binangun singgahan tuban 62361
phone:081373757270

RANGGALAWE TUBAN

SEJARAH RONGGOLAWE

by:muhammad muhajir baryo joyonigrat
add:dsn.krajan RT 01/01 Binangun Singgahan Tuban 62361
phone:081373757270

   

   Ranggalawe atau Rangga Lawe (lahir: ? - wafat: 1295) adalah salah satu pengikut Raden Wijaya yang berjasa besar dalam perjuangan mendirikan Kerajaan Majapahit, namun meninggal sebagai pemberontak pertama dalam sejarah kerajaan ini. Nama besarnya dikenang sebagai pahlawan oleh masyarakat Tuban sampai saat ini.

PERAN AWAL:

Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Ranggalawe menyebut Ranggalawe sebagai putra Arya Wiraraja bupati Songeneb (nama lama Sumenep). Ia sendiri bertempat tinggal di Tanjung, yang terletak di Pulau Madura sebelah barat.

Pada tahun 1292 Ranggalawe dikirim ayahnya untuk membantu Raden Wijaya membuka Hutan Tarik (di sebelah barat Tarik, Sidoarjo sekarang) menjadi sebuah desa pemukiman bernama Majapahit. Konon, nama Rangga Lawe sendiri merupakan pemberian Raden Wijaya karena berkaitan dengan penyediaan 27 ekor kuda dari Sumbawa sebagai kendaraan perang Raden Wijaya dan para pengikutnya dalam perang melawan Jayakatwang raja Kadiri atau juga mempunyai arti rangga berarti ksatria / pegawai kerajaan dan Lawe merupakan sinonim dari wenang, yang berarti "benang",[1] atau dapat juga bermakna "kekuasaan" atau kemenangan. dan Ranggalawe kemudian diberi kekuasaan oleh Raden Wijaya untuk memimpin pembukaan hutan tersebut.

Penyerangan terhadap ibu kota Kadiri oleh gabungan pasukan Majapahit dan Mongol terjadi pada tahun 1293. Ranggalawe berada dalam pasukan yang menggempur benteng timur kota Kediri. ia berhasil menewaskan pemimpin benteng tersebut yang bernama Sagara Winotan.

JABATAN  DI KERAJAAN MAJAPAHIT

Setelah Kediri runtuh, Raden Wijaya menjadi raja pertama Kerajaan Majapahit. Menurut Kidung Ranggalawe, atas jasa-jasanya dalam perjuangan Ranggalawe diangkat sebagai bupati Tuban yang merupakan pelabuhan utama Jawa Timur saat itu.

Prasasti Kudadu tahun 1294 yang memuat daftar nama para pejabat Majapahit pada awal berdirinya, ternyata tidak mencantumkan nama Ranggalawe. Yang ada ialah nama Arya Adikara dan Arya Wiraraja. Menurut Pararaton, Arya Adikara adalah nama lain Arya Wiraraja. Namun prasasti Kudadu menyebut dengan jelas bahwa keduanya adalah nama dua orang tokoh yang berbeda.

Sejarawan Slamet Muljana mengidentifikasi Arya Adikara sebagai nama lain Ranggalawe. Dalam tradisi Jawa ada istilah nunggak semi, yaitu nama ayah kemudian dipakai anak. Jadi, nama Arya Adikara yang merupakan nama lain Arya Wiraraja, kemudian dipakai sebagai nama gelar Ranggalawe ketika dirinya diangkat sebagai pejabat Majapahit.

Dalam prasasti Kudadu, ayah dan anak tersebut sama-sama menjabat sebagai pasangguhan, yang keduanya masing-masing bergelar Rakryan Mantri Arya Wiraraja Makapramuka dan Rakryan Mantri Dwipantara Arya AdIKARA

MASA PEMBERONTAKAN

Pararaton menyebut pemberontakan Ranggalawe terjadi pada tahun 1295, namun dikisahkan sesudah kematian Raden Wijaya. Menurut naskah ini, pemberontakan tersebut bersamaan dengan Jayanagara naik takhta.

Menurut Nagarakretagama, Raden Wijaya meninggal dunia dan digantikan kedudukannya oleh Jayanagara terjadi pada tahun 1309.[2] Akibatnya, sebagian sejarawan berpendapat bahwa pemberontakan Ranggalawe terjadi pada tahun 1309, bukan 1295. Seolah-olah pengarang Pararaton melakukan kesalahan dalam penyebutan angka tahun.

Namun Nagarakretagama juga mengisahkan bahwa pada tahun 1295 Jayanagara diangkat sebagai yuwaraja atau "raja muda" di istana Daha. Selain itu Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Ranggalawe dengan jelas menceritakan bahwa pemberontakan Ranggalawe terjadi pada masa pemerintahan Raden Wijaya, bukan Jayanagara.

Fakta lain menunjukkan, nama Arya Wiraraja dan Arya Adikara sama-sama terdapat dalam prasasti Kudadu tahun 1294, namun kemudian keduanya sama-sama tidak terdapat lagi dalam prasasti Sukamreta tahun 1296. Ini pertanda bahwa Arya Adikara alias Ranggalawe kemungkinan besar memang meninggal pada tahun 1295, sedangkan Arya Wiraraja diduga mengundurkan diri dari pemerintahan setelah kematian anaknya itu.

Jadi, kematian Ranggalawe terjadi pada tahun 1295 bertepatan dengan pengangkatan Jayanagara putra Raden Wijaya sebagai raja muda. Dalam hal ini pengarang Pararaton tidak melakukan kesalahan dalam menyebut tahun, hanya saja salah menempatkan pembahasan peristiwa tersebut.

Sementara itu Nagarakretagama yang dalam banyak hal memiliki data lebih akurat dibanding Pararaton sama sekali tidak membahas pemberontakan Ranggalawe. Hal ini dapat dimaklumi karena naskah ini merupakan sastra pujian sehingga penulisnya, yaitu Mpu Prapanca merasa tidak perlu menceritakan pemberontakan seorang pahlawan yang dianggapnya sebagai aib.

JALANYA PERTEMPURAN

Pararaton mengisahkan Ranggalawe memberontak terhadap Kerajaan Majapahit karena dihasut seorang pejabat licik bernama Mahapati. Kisah yang lebih panjang terdapat dalam Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Ranggalawe.

Pemberontakan tersebut dipicu oleh ketidakpuasan Ranggalawe atas pengangkatan Nambi sebagai rakryan patih. Menurut Ranggalawe, jabatan patih sebaiknya diserahkan kepada Lembu Sora yang dinilainya jauh lebih berjasa dalam perjuangan daripada Nambi.

Ranggalawe yang bersifat pemberani dan emosional suatu hari menghadap Raden Wijaya di ibu kota dan langsung menuntut agar kedudukan Nambi digantikan Sora. Namun Sora sama sekali tidak menyetujui hal itu dan tetap mendukung Nambi sebagai patih.

Karena tuntutannya tidak dihiraukan, Ranggalawe membuat kekacauan di halaman istana. Sora keluar menasihati Ranggalawe, yang merupakan keponakannya sendiri, untuk meminta maaf kepada raja. Namun Ranggalawe memilih pulang ke Tuban.

Mahapati yang licik ganti menghasut Nambi dengan melaporkan bahwa Ranggalawe sedang menyusun pemberontakan di Tuban. Maka atas izin raja, Nambi berangkat memimpin pasukan Majapahit didampingi Lembu Sora dan Kebo Anabrang untuk menghukum Ranggalawe.

Mendengar datangnya serangan, Ranggalawe segera menyiapkan pasukannya. Ia menghadang pasukan Majapahit di dekat Sungai Tambak Beras. Perang pun terjadi di sana. Ranggalawe bertanding melawan Kebo Anabrang di dalam sungai. Kebo Anabrang yang pandai berenang akhirnya berhasil membunuh Ranggalawe secara kejam.

Melihat keponakannya disiksa sampai mati, Lembu Sora merasa tidak tahan. Ia pun membunuh Kebo Anabrang dari belakang. Pembunuhan terhadap rekan inilah yang kelak menjadi penyebab kematian Sora pada tahun 1300.

SILSILAH RANGGALAWE

Kidung Ranggalawe dan Kidung Panji Wijayakrama menyebut Ranggalawe memiliki dua orang istri bernama Martaraga dan Tirtawati. Mertuanya adalah gurunya sendiri, bernama Ki Ajar Pelandongan. Dari Martaraga lahir seorang putra bernama Kuda Anjampiani.

Kedua naskah di atas menyebut ayah Ranggalawe adalah Arya Wiraraja. Sementara itu, Pararaton menyebut Arya Wiraraja adalah ayah Nambi. Kidung Harsawijaya juga menyebutkan kalau putra Wiraraja yang dikirim untuk membantu pembukaan Hutan Tarik adalah Nambi, sedangkan Ranggalawe adalah perwira Kerajaan Singhasari yang kemudian menjadi patih pertama Majapahit.

Uraian Kidung Harsawijaya terbukti salah karena berdasarkan prasasti Sukamreta tahun 1296 diketahui nama patih pertama Majapahit adalah Nambi, bukan Ranggalawe.

Nama ayah Nambi menurut Kidung Sorandaka adalah Pranaraja. Sejarawan Dr. Brandes menganggap Pranaraja dan Wiraraja adalah orang yang sama. Namun, menurut Slamet Muljana keduanya sama-sama disebut dalam prasasti Kudadu sebagai dua orang tokoh yang berbeda.

Menurut Slamet Muljana, Nambi adalah putra Pranaraja, sedangkan Ranggalawe adalah putra Wiraraja. Hal ini ditandai dengan kemunculan nama Arya Wiraraja dan Arya Adikara dalam prasasti Kudadu, dan keduanya sama-sama menghilang dalam prasasti Sukamreta sebagaimana disinggung sebelumnya.

RONGGOLAWE VERSI DONGGENG

Nama besar Ranggalawe rupanya melekat dalam ingatan masyarakat Jawa. Penulis Serat Damarwulan atau Serat Kanda, mengenal adanya nama Ranggalawe namun tidak mengetahui dengan pasti bagaimana kisah hidupnya. Maka, ia pun menempatkan tokoh Ranggalawe hidup sezaman dengan Damarwulan dan Menak Jingga. Damarwulan sendiri merupakan tokoh fiksi, karena kisahnya tidak sesuai dengan bukti-bukti sejarah, serta tidak memiliki prasasti pendukung.

Dalam versi dongeng ini, Ranggalawe dikisahkan sebagai adipati Tuban yang juga merangkap sebagai panglima angkatan perang Majapahit pada masa pemerintahan Ratu Kencanawungu. Ketika Majapahit diserang oleh Menak Jingga adipati Blambangan, Ranggalawe ditugasi untuk menghadangnya. Dalam perang tersebut, Menak Jingga tidak mampu membunuh Ranggalawe karena selalu terlindung oleh payung pusakanya. Maka, Menak Jingga pun terlebih dulu membunuh abdi pemegang payung Ranggalawe yang bernama Wongsopati. Baru kemudian, Ranggalawe dapat ditewaskan oleh Menak Jingga.

Tokoh Ranggalawe dalam kisah ini memiliki dua orang putra, bernama Siralawe dan Buntarlawe, yang masing-masing kemudian menjadi bupati di Tuban dan Bojonegoro

Referensi :
Wikipedia ™